Blog Uncchu

Tumpah Ruah, Pecah Dan Merekah

Tapi langit berkata dosa

Saat aku masih meyakini ini cinta
Tapi langit berkata dosa
Aku harus berkata apa
Berontak pasti tak bisa
Menentang apalagi

Saat aku merangkai rindu
Terlarang dalam peluk
Yang di dalam kitab maha rindu
Adalah suatu mustahil

Apa aku harus teriak
Atau membenam asa dalam sepi
Meminta rindu yang benar
Dalam kasih yang suci

Tuhan, Aku lelah
Aku ingin kembali
Di jalan yang sebenarnya lurus

Perempuan Di Balik Awan

Terang saja langit itu menarik
Ada awan merias gelembung
Berarak dalam susunan
Membelah biru dalam bentangan

Ada wajah yang ku rindu
Dia di masa depan yang tak ku tahu
Hanya hati berangkai rindu
Kemudian ku tangkap agar tak kaku

Siapa engkau
Perempuan di balik awan
tersenyum manis bersembunyi iman
Memanggil daku dalam kelam
Sanggupkah kau jadi imam
Itu kau tanyakan

Ah.. Semua beriak
Kemudian tak tenang
Aku takut tak menang
Aku lemah jika tak pinang
Engkau wahai perempuan
Yang bersembunyi di balik awan

Lenguh Di Sela Hujan

Dingin itu hangat
Atau mungkin gerah
Hasrat meronta dalam jiwa
Mungkin pennjara runtuh
Itu yang di asa

Dingin itu hangat
Atau mungkin peluh bersimbah
Hasrat meronta memuncak jiwa
Ke ujung gada menuju goa
Mencari suka berkalung tawa
Memecah dingin penuh dahaga

Dingin itu hangat
Atau mungkin desah yang sedang terasah
Menuju punjak dalam kedalaman
Dalam rongga berserabut
Kesat tak seret

Dingin itu hangat
Di sahut erang menegang
Kemudian layu dalam senang
Menumpahkan asa dalam ruang
Kemudian terajut dalam halang
Tertunduk semu dalam palang
Akhiri lenguh dalam hujan
Kala ingin memuncak, Cari alur dalam sepi, Kemudian merangkai kata sebelum perang. Diakhiri erang dalam senang. Dingin hujan,

Di Bawah Hujan Bergelut Badai

Di bawah hujan
Ku berlari mengejar asa
Menghitung rintik yang tumpah
Dari bentang yang biru yang menghitam

Di bawah kilat yang bertabur guntur
Di bawah hujan yang menyesakkan
Ku balut rindu
Agar tak panas jadi cinta

Ku buai kasih
Biar tak bangun
Dan kemudian nakal
Inginkan sosok di seberang kabut
Di bawah hujan menunggu belah
Separuh dalam ikatan
Menyatu dalam malam

Ah... Rintik hujan
Bawa luka ini
Bawa air mata ini
Mengalir ikuti desah
Irama guntur menderu biru.

Jangan kau sisakan
Setitik walau setetes
Dari rindu
Dari luka
Dari gundah yang ciptakan air mata
Di bawah hujan kota sawit dengan abu kuning sembunyikan luka. Di antara asa yang sekarat di terpa badai kehidupan.

Aku Ingin Menangis

Aku Ingin Menangis

Kamu lelah
Aku juga
Tapi daya apa
Semua duka

Kamu bosan
Aku juga
Lebih dari bosan

Kamu ingin menangis
Aku juga
Tapi inilah liku
Inilah jalan

Kau harus tetap tempuh
Kau harus tetap jalani
Beginilah
Dan Begitulah

Kamu ingin sudahi
Sudahi saja
Tapi pastikan hitam itu putih
Dan putih tidak pernah hitam
Ujung rindu di bawah hujan kota minyak yang gerah

Apa Kabarmu

Apa Kabarmu

Apa kabarmu di sana
Apakah masih dengan Dia
Ataukah sudah terluka
Seperti Aku -dulu- karenamu

Apa kabarmu di sana
Apakah masih dengan Dia
Ataukah sudah sendiri 
Seperti Aku -dulu- di sini

Maka datanglah
Ketuk tepat di hati ini
Manatahu pintunya terbuka
Atau saja masih terbuka
Seperti -dulu- sebelum kau denganya

Apa kabarmu di sana
Apakah masih dengan Dia
Datanglah ke sini
Manatahu pintu itu bisa kau ketuk lagi
Tapi -mungkin- tak akan ada
Tangan yang akan menerimamu
Seperti -dulu- 
Yang sempat kau lepas genggamnya.
Ujung kabut di kota tua

Cinta Di Bawah Hujan

CINTA DI BAWAH HUJAN

Langkah surut yang tersentak
Dalam luka yang belum sempat ku balut
Tertunduk
Trus membungkuk
Merayap dan terhempas

Hujan basahi wajah
Samarkan tetes
Rintik air mata 
Tergenang tumpah di bawah hujan
Hilang dan tak ingin terlihat

Aku sembunyikan rindu di balik awan
Menggumpal hitam
Turunkan hujan
Sekali lagi samarkan rintik 
Air mata yang mengalir
Luka yang berdarah